Wednesday, March 9, 2011

Penelitian

PENGENALAN PENELITIAN [1]

Oleh Supriyanto[2]

A. Hakekat Penelitian

Secara etimologis penelitian berasal dari kata Inggris research, yang berasal dari kata re yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research secara etimologis adalah “mencari kembali”. Dalam mencari batasan apakah penelitian sebenarnya, para pakar akan memberikan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.

Beberapa contoh tentang batasan penelitian, antara lain seperti yang disampaikan oleh Leedy, bahwa penelitian (riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang fenomena yang kita minati atau menjadi perhatian kita. Pakar lainya, Dane[3] menyatakan bahwa penelitian merupakan proses kritis untuk mengajukan pertanyaan dan berupaya untuk menjawab pertanyaan tentang fakta dunia. Sementara itu Sukardi[4] mendefinisikan penelitian sebagai usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ilmiah sebagai suatu kegiatan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Secara umum tujuan dari kegiatan penelitian[5] yaitu:

1. Menemukan problem-problem baru (eksploratif). Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan.

2. Mengembangkan pengetahuan yang sudah ada (development). Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada.

3. Menguji kebenaran suatu pengetahuan (verifikatif). Menguji kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih diragukan kebenaranya.

4. Menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu ubahan (variabel)[6].

C. Karakteristik Penelitian

Selama ini masih banyak kita jumpai kesalahpahaman sebagian orang dalam memaknai penelitian. Banyak diantara mereka, misalnya yang baru saja mengadakan pengamatan secara cermat dan mungkin teliti serta hati-hati terhadap suatu fenomena atau peristiwa, dengan berani mengatakan pada orang lain bahwa dia telah melakukan penelitian. Atau mungkin seorang mahasiswa yang mungkin baru saja mengadakan diskusi dengan dosen, teman sejawat atau masyarakat luas kemudian mencatat hasil diskusi tersebut dan mengatakan telah melakukan penelitian.

Anggapan seperti yang dicontohkan tersebut kurang tepat dan belum bisa dikatakan sebagai penelitian. Karena suatu penelitian selain mengandung unsur-unsur diatas, masih ditambah dengan beberapa kegiatan penting lainya seperti, penentuan permasalahan yang hendak dipecahkan, mempunyai tujuan penelitian, melakukan kajian ilmiah ataupun penentuan metodologi yang sesuai. Agar tidak terjadi ambiguisitas tentang karakteristik suatu penelitian, Sukardi mengatakan ada beberapa karakteristik penelitian ilmiah[7], yaitu: (1) mempunyai tujuan penelitian, (2) mencakup kegiatan pengumpulan data, (3) mencakup kegiatan yang terencana dan sistematis, (4) menggunakan analisis logis, (5) mempertimbangkan aspek pengembangan teori, (6) mengandung unsure observasi, (7) memerlukan pencatatan terhadap gejala yang muncul, (8) melakukan kontrol, (9) memerlukan validasi instrument, (10) memerlukan keberanian, dan (11) dicatat secara tepat.

D. Jenis-Jenis Penelitian

Penggolongan jenis riset sangat tergantung pada pedoman yang digunakan. Sampai saat ini belum tercapai kesepakatan atas pedoman yang digunakan sebagai dasar tinjauan penggolongan. Dalam kesempatan ini akan dikutipkan penggolongan jenis-jenis riset menurut beberapa ilmuwan. Diantaranya:

1. Prof Sutrisno Hadi, MA.

Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi UGM tersebut, secara umum jenis-jenis penggolongan riset[8] adalah:

a. Penggolongan menurut bidangnya: riset pendidikan, riset sejarah, riset bahasa, riset ilmu teknik, riset biologi, riset ekonomi, dsb.

b. Penggolongan menurut tempatnya: riset laboratorium, riset perpustakaan dan riset kancah.

c. Penggolongan menurut pemakainya: riset murni (pure research) dan riset terpakai (applied research).

d. Penggolongan menurut tujuan umumya: riset eksploratif, riset pengembangan dan riset verifikatif.

e. Penggolongan menurut tarafnya: riset deskriptif dan riset inferensial.

f. Penggolongan menurut pendekatanya: riset longitudinal dan riset cross-sectional.

2. Prof Sukardi, Ph.D.

Guru Besar FT UNY ini mengklasifikasikan riset berdasarkan aspek tujuan, aspek metode dan aspek bidang kajian[9], yaitu:

a. Berdasarkan aspek tujuan: Penelitian dasar dan penelitian terapan.

b. Berdasakan aspek metode: Penelitian deskriptif, penelitian sejarah dan penelitian survey, penelitian ex-post facto, penelitian eksperimen, penelitian kuasi eksperimen.

c. Berdasarkan bidang kajian (garapanya): Penelitian kependidikan dan penelitian non-kependidikan.

Selain penggolongan menurut kedua ilmuwan tersebut, masih ada beberapa penggolongan jenis-jenis penelitian[10], diantaranya:

1. Jenis penelitian menurut pembentukan ilmu

a. Penelitian induktif, yaitu Penelitian yang menghasilkan teori atau hipotesis. Penelitian induktif diarahkan oleh keingintahuan ilmiah dan upaya peneliti dikonsentrasikan pada prosedur pencarian dan analisis data.

b. Penelitian deduktif, yaitu Penelitian penelitian yang menguji (mengetes) teori atau hipotesis. Penelitian deduktif diarahkan oleh hipotesis yang kemudian teruji atau tidak teruji selama proses penelitian.

2. Jenis penelitian menurut bentuk data

Macam penelitian dapat pula dibedakan dari “bentuk” datanya, dalam arti data berupa data kuantitatif atau data kualitatif. Data kuantitatif diartikan sebagai data yang berupa angka yang dapat diolah dengan matematika atau statistik, sedangkan data kualitatif adalah sebaliknya (yaitu: datanya bukan berupa angka yang dapat diolah dengan matematika atau statistik). Meskipun demikian, kadang dilakukan upaya kuantifikasi terhadap data kualitatif menjadi data kuantitatif. Misal, persepsi dapat diukur dengan membubuhkan angka dari 1 sampai 5.

Penelitian yang datanya berupa data kualitatif disebut penelitian kuantitatif. Dalam penelitian seperti itu, sering dipakai statistik atau pemodelan matematik. Sebaliknya, penelitian yang mengolah data kualitatif disebut sebagai penelitian kualitatif.

3. Jenis penelitian menurut paradigma keilmuan

a. Penelitian opini

penelitian yang dilakukan peneliti ingin mencari pandangan atau persepsi orang-orang terhadap suatu permasalahan.

b. Penelitian empiris

Empiris terkait dengan observasi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peneliti. Penelitian empiris dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu: studi kasus, studi lapangan, dan studi laboratorium.

c. Penelitian kearsipan

Penelitian yang dilakukan terhadap rekaman fakta yang tersimpan, seperti: arsip tertulis, tape, bentuk lain dokumentasi, batu candi, jejak kaki, dan sebagainya

d. Penelitian analitis

Terdapat problema penelitian yang tidak dapat dipecahkan dengan penelitian opini, empiris atau kearsipan. Penelitian tersebut perlu dipecahkan secara analitis, yaitu dilakukan dengan cara memecah problema menjadi sub-sub problema (atau variabel-variabel) dan dicari karakteristik tiap sub problema (variabel) dan keterkaitan antar sub problema (variabel). Penelitian analitis sangat menggantungkan diri pada logika internal penelitinya, sehingga subyektivitas peneliti perlu dihindari. Untuk itu, penelitian analitis perlu mendasarkan diri pada filsafat atau logika.

E. MASALAH PENELITIAN

Penelitian pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu setiap penelitian hendaknya berangkat dari masalah, walaupun menemukan masalah bukan merupakan pekerjaan yang mudah[11]. Pakar penelitian abab XX, Fred N Kerlinger, menyatakan bahwa banyak peneliti yang kesulitan menemukan dan merumuskan masalahnya sehingga seringkali justru mengalami kebingungan. Seringkali peneliti harus melakukan penjelajahan selama bertahun-tahun hanya untuk sekedar mengatahui masalah secara pasti. Hal ini menunjukan bahwa pernyataan yang memadai tentang masalah penelitian adalah satu diantara bagian-bagian terpenting dalam penelitian[12]. Bahkan menurut Prof Sugiyono, dalam penelitian apabila telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesei[13].

Untuk menemukan masalah, Stoner[14] menyebutkan ada beberapa sumber masalah yang dapat dicermati, yaitu:

1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan

Orang yang biasanya menjadi pimpinan dalam pemerintahan apabila tiba-tiba dipindah ke bidang bisnis jelas akan menimbulkan masalah atau guru-guru yang biasa menerima silabus yang sudah dibuatkan oleh pemerintah, mengalami masalah ketika tiba-tiba diterapkan KTSP yang mengharuskan mereka menyusun silabus dan RPP secara mandiri.

2. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan

Salah satu masalah yang timbul karena tidak sesuainya perencanaan dengan kenyataan, diantaranya dengan adanya reformasi 1998 diharapkan harga sembako akan turun, tapi ternyata tidak, sehingga timbul masalah.

3. Ada pengaduan

Dalam organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.

4. Ada Kompetisi

Munculnya e-mail dan handphone yang dapat dengan mudah mengirimkan informasi menimbulkan masalah bagi PT Pos dan Giro karena banyak customer yang tidak lagi menggunakan jasa perusahan tersebut.

Masalah-masalah yang berhasil ditemukan tidak semuanya dipilih, tetapi harus diidentifikasi dan diseleksi masalah yang memiliki ciri-ciri yang baik. Adapun ciri-ciri masalah yang baik, diantaranya sebagai berikut[15]:

1. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.

Masalah penelitian tidak boleh dipilih seadanya, tetapi harus dipilih yang mempunyai nilai penelitian. Kriteria masalah yang mempunyai nilai penelitian, antara lain:

a) Masalah haruslah mempunyai keaslian

b) Masalah harus menyatakan suatu hubungan

c) Masalah harus merupakan hal yang penting

d) Masalah harus dapat diuji

e) Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan

2. Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas, yaitu dapat dipecahkan. Hal ini berarti:

a) Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia

b) Biaya untuk memecahkan masalah ada dalam kemampuan

c) Waktu memecahkan masalah harus wajar

d) Biaya dan hasil harus seimbang

e) Administrasi dan sponsor harus kuat

f) Tidak bertentangan dengan hukum adat

3. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti.

Selain mempunyai nilai ilmiah dan fisibel, masalah juga harus sesuai dengan kualifikasi peneliti sendiri. Sekurang-kurangnya syarat yang harus dipenuhi diantaranya:

a) Menarik bagi si peneliti

b) Cocok dengan kualifikasi ilmiah si peneliti

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Secara Etimologis, hipotesis (hipotesa) berasal dari dua kata, yaitu “hipo” artinya “dibawah” dan “tesis” artinya “kebenaran” atau “pendapat[16]”.Secara keseluruhan hipotesis berarti “dibawah kebenaran”, kebenaran yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti[17].

Secara Terminologis hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih mengenai fenomena atau variabel[18]. Dalam penelitian hipotesis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian[19], yang kebenaranya masih harus diuji secara empiris melalui paktek penelitian.

Keberadaan hipotesis sangat penting dalam suatu penelitian, karena tanpa hipotesis tidak akan ada progress dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam mengumpulkan fakta empiris. Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3. Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta.

Hipotesis dalam penelitian dapat berasal pada berbagai sumber, diantaranya ialah: Berasal dari teori yang relevan yang sebagai hasil kajian pustaka (hipotesis yang dibangun secara deduktif) dan dari hasil pengamatan lapangan, dari hasil pengalaman-pengalaman peneliti sendiri (hipotesis yang dibangun secara induktif). Mengingat betapa pentingnya hipotesis, para ilmuwan mencoba menyusun kriteria-kriteria kualitas hipotesis yang baik. Wiersma, mengutip pendapat Borg dan Gall[20] memberikan sejumlah kriteria sebagai berikut:

1. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

2. Hipotesis harus dilandasi argmentasi yang kuat berdasarkan pada teori dan atau pengalaman lapangan yang kuat.

3. Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.

4. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.

5. Hipotesis hendaknya dikemukakan dalam kalimat pernyataan (statement), bukan kalimat tanya[21].

Sama dengan pembagian/penggolongan jenis-jenis penelitian, para ilmuwan tidak sepenuhnya menyepakati akan pembagian jenis-jenis hipotesis. Disini akan kami kutipkan penggolongan jenis hipotesis berdasarkan Wiersma, yang dikutip oleh Wuradji, yaitu:

a. Hipotesis Substantif

Hipotesis Substantif disebut juga hipotesis penelitian yang biasanya memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diajukan peneliti, misalnya: Ada korelasi antara aktivitas berorganisasi dengan solidaritas sosial”.

b. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik merupakan hipotesis yang digunakan dalam konteks statistik parametic sehingga bersifat kuantitatif. Hipotesis jenis ini dibedakan menjadi:

1) Hipotesis nol

Hipotesis ini dinyatakan dalam bentuk “tidak ada perbedaan” atau “tidak ada korelasi”. Misalnya: Tidak ada hubungan antara prestasi belajar dengan jarak tempat tinggal.

2) Hipotesis alternatif

Hipotesis ini menggambarkan hasil akhir dari kesimpulan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara prestasi belajar dengan jarak tempat tinggal.

G. Variabel Penelitian

Apabila kita melakukan penelitian maka pada dasarnya jawabanya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi seperti yang dikatakan Sugiyono, variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya[22]. Fred N. Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang dipelajari. Misalnya tingkat aspirasi, penghasilan, golongan gaji, penghasilan, pendidikan, dll. Jadi variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan dengan variabel lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi[23] :

a. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecendent, variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya variabel dependen.

b. Variabel Dependen

Disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen, variabel terikat, variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Contoh hubungan variabel independen-dependen dapat dicermati pada skema dibawah ini:








Komitment Kerja

(Variabel Independen)


Produktivitas Kerja

(Variabel Dependen)





Gambar 1. hubungan variabel independen-dependen

c. Variabel Moderator

Yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Disebut juga sebagai independen kedua. Misal kehadiran seorang anak dapat menjadi variabel moderator bagi hubungan suami istri.

d. Variabel Intervening

Yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

H. Pemilihan Topik Penelitian

Pemilihan topik atau pokok persoalan suatu riset yang dilakukan mahasiswa dapat diperoleh dari berbagai sumber, semisal dari mahasiswa sendiri, dari daftar proyek riset di jurusan/fakultas/universitas atau dari orang lain (dosen/sposor). Beragamnya sumber topik tidak menjadi hal yang cukup penting untuk dibicarakan, karena yang penting bukan berasal dari mana topik tersebut diperoleh tapi ketepatan topik yang akan diangkat.

Untuk mengidentifikasi apakah suatu topik layak diangkat sebagai topik penelitian, Sutrisno Hadi memberikan beberapa petunjuk yang dapat dipelajari[24] yaitu:

a. Topik itu ada dalam jangkauanya (Managable Topik)

Segi-segi yang perlu dipertimbangkan adalah:

1) Apakah latar belakang pengetahuan, kecakapan dan kemampuan yang dimiliki sudah cukup untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan topik yang akan dipilihnya?

2) Apakah persyaratan biaya sudah mencukupi?

3) Apakah waktunya cukup untuk menyeleseikan semua persoalan yang bersangkut paut dengan topik?

4) Apakah topik tersebut tidak menimbulkan kesulitan dalam mencari sponsor atau tidak

5) Apakah akan didapatkan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam penyelenggaraan riset dengan topik tersebut?

b. Untuk topik itu tersedia data (bahan) yang cukup untuk dibahas (Obtainable Data)

Segi-segi yang perlu dipertimbangkan adalah:

1) Apakah sumber-sumber kepustakaan untuk mengembangkan hipotesis cukup tersedia?

2) Apakah teknik-teknik pengumpulan data sudah dikuasai?

3) Apakah ada faktor-faktor dari luar yang akan menghalangi dalam pengumpulan data?

c. Topik itu cukup penting untuk diteliti (Significance of Topik)

Segi-segi yang perlu dipertimbangkan adalah:

1) Apakah hasil pembahasan topik akan memberikan sumbangan yang cukup berharga untuk bangunan ilmu pengetahuan yang sudah ada?

2) Apakah riset tersebut sekedar duplikasi penelitian yang sudah ada atau tidak?

3) Apakah lapangan studi itu memang benar-benar memerlukan pengolahan kembali?

4) Adakah suatu ketidakpuasan terhadap penelitian terdahulu sehingga perlu dipilih topik yang sama untuk diteliti lagi?

5) Apakah topik itu merupakan academic interests yang cukup berarti atau mempunyai kegunaan praktis yang sangat mendesak?

6) Apakah cukup banyak orang yang tertarik pada hasil penelitian atas topik itu?

d. Topik cukup menarik untuk diselidiki dan dibahas (Interested Topik)

Segi-segi yang perlu dipertimbangkan adalah:

1) Apakah suatu topik dapat membangkitkan minat atau mengaktifkan minat pasif?

2) Apakah tidak ada “hadiah” tersembunyi di balik hasil-hasil penelitian, jika penelitian itu dapat berhasil dengan sukse?

3) Jika minat terlalu besar terhadap suatu topik, apakah minat itu benar-benar timbul dari scientific curiosity ataukah dari biased attitude?

I. Perumusan Judul Penelitian

Judul merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan hal yang pertama kali diketahui orang lain tentang apa yang akan kita laksanakan adalah judul. Mengingat betapa pentingnya judul, maka peneliti harus dapat menentukan judul yang yakin dan pasti. Bagi mereka yang baru belajar meneliti pada umumnya yang pertama kali dilakukan adalah berupaya mencari judul terlebih dahulu. Hal ini tidak salah, akan tetapi sebenarnya ada hal yang jauh lebih penting daripada sekedar “berputar-putar” mencari judul yang kadang-kadang memakan waktu relatif lama sehingga sering membuat calon peneliti menjadi bingung dan putus asa.

Langkah paling tepat dalam mencari judul penelitian sebenarnya berangkat dari masalah yang menjadi latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan batasan masalah baru kemudian menemukan judul penelitian yang relevan[25]. Langkah mencari judul seperti ini sesuai dengan yang ditawarkan Sugiyono dalam skema di bawah ini yang digambarkan dibawah ini[26]:










Oval: Judul Penelitian



Oval: Latar Belakang Masalah



Oval: Identifikasi Masalah








Oval: Batasan Masalah


Gambar 2. Proses perumusan judul penelitian.

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa walaupun judul penelitian selalu tercantum di bagian paling depan dari setiap proposal atau laporan penelitian, bukan berarti penelitian dilakukan berangkat dari judul. Model diatas justru menggambarkan bagaimana cara menemukan judul penelitian yang benar-benar sudah spesifik karena berangkat dari batasan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Dane, FC. (1990). Research Methods. Belmont California: Brooks/Cole Publishing Company.

Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mardalis. (2008). Metode Penelitian;Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Mohammad Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Riduwan. (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Wuradji. (2006). Panduan Penelitian Survei. Yogyakarta: Lemlit UNY.



[1] Tulisan yang disiapkan dalam rangka Reality School I UKMF Penelitian Reality, Sabtu 17 April 2010, Ruang Sidang I FIP UNY.

[2] Mahasiswa Prodi Analisis Kebijakan Pendidikan FIP UNY, Ketua DPO UKM Penelitian UNY 2010.

[3] FC Dane. Research Methods, Brooks/Cole Publishing Company, Belmont California, 1990, p. 23.

[4] Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Sinar Grafika Offset, Yogyakarta, 2005, p. 4.

[5] Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 2004, p. 3.

[6] Sukardi. Op cit., p. 5.

[7] Ibid., pp. 6-8

[8] Sutrisno Hadi. Loc cit.

[9] Sukardi. Op cit., pp. 13-17.

[10] Dirangkum dari berbagai sumber

[11] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2009, p. 32.

[12] Fred N Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2006, p. 27.

[13] Sugiyono. Op cit., p. 32.

[14] Ibid, p. 33.

[15] Mohammad Nazir. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia Bogor, 2005, pp. 112-116., lihat juga Fred N Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 2006, pp.26-29.

[16] Mardalis. Metode Penelitian;Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, p. 47.

[17] Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, p. 45.

[18] Wuradji. Panduan Penelitian Survei, Lemlit UNY, Yogyakarta, 2006, p. 33., kajian lebih lengkap mengenai hipotesis dapat dilihat pada; Fred N Kerlinger. Op cit., pp. 30-36.

[19] Mardalis. Op cit., p. 48.

[20] Wuradji. Op cit., p. 35.

[21] Mardalis. Op cit., p. 49.

[22] Sugiyono. Op cit., p. 38.

[23] Ibid., p. 39.

[24] Sutrisno Hadi. Op cit, p. 55-60.

[25] Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula, Alfabeta, Bandung, 2008, p. 15.

[26] Ibid, p. 16.

No comments:

Post a Comment