TEORI KOGNITIF
Teori kognitif didasarkan asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
A. TEORI GESTALT
Max Wertheimer adalah pendiri aliran Gestalt yang lahir di Praha, Jerman pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal di
Teori koffka tentang belajar antara lain (a) jejak ingatan adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. (b) perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. (c) latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
Walfgang Kohler (1887-1950) melanjutkan penelitian Wetheimer dan Koffka dengan meneliti tentang insight pada simpanse.
Konsep penting dalam psikologi Gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Esensi dari teori psikologi gestalt adalah bahwa pikiran (mind) adalah usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang masuk sebagai keseluruhan yang terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah.
Menurut pandanagan psikologi gestalt, seseorang memperoleh pengetahuan melalai sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.
B. TEORI KONSTRUKTIVISTIK
Teori konstruktivistik merupakan pengembangan lebih lanjut dari gestalt. Perbedaannya, pada gestalt permasalahan yang dimunculkan berasal dari pancingan eksternal sedangkan yang konstruktivistik, permasalahan yang timbul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa.
1. John Dewey
John Dewey adalah seorang filsuf, ahli pendidikan dan psikolog asal Amerika yang lahir di barlington pada tanggal 20 Oktober 1859 dan meninggal di New York pada tanggal 1 juni 1952.
John Dewey dikenal sebagai bapak konstruktivisme. Idenya digunakan sebagai Bapak konstruksivisme dan Discovery Learning. Ia mengemukakan bahwa belajar belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topic dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa (SCL = Student – Centered Learning) dalam konteks pengalaman sosial.
2. Jean Piaget
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896, di Neuchatel, Swiss. Ia meninggal di Jenewa pada 16 September 1980.
Teori Piaget adalah menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari cirri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, dan teman. Bagaimana car anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Tahap perkembangan berpikir menurut Piaget yaitu
1. Sensorimotorik ( 0 -2 Tahun), ialah periode anak belajar mengenali objek, dan bagaimana ia memanipulasikannya
2. Praoperasional ( 2 – 7 Tahun), selama periode ini anak bisa berpikir berlainan dengan kategori-kategori sederhana.
3. Operasional kongkrit ( 7 – 11 tahun), cara berpikir anak selama tingkat ini menjadi semakin lentur dan kurang egosentris sifatnya dibanding tingkat-tingkat sebelumnya.
4. Operasional formal (12 – 15 tahun), kapasitas kedewasaan dalam penalaran, daya abstraksi dan berpikir secara inpotesis muncul secara berangsur-angsur,
Proses belajar sesungguhnya ada 3 tahapan, yaitu
1. Asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa.
2. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi yang baru.
3. Disequilibrium dan equilibrium yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
3. Jerome Brunner (1915 - )
Profesor Jerome Brunner adalah psikologi berkebangsaan AS, menurutnya belajar adalah proses yang bersifat aktif terkait dengan ide Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan memanipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen.
Brunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh unsure seseorang seperti yang telah dikemukakan oleh Piaget. Brunner menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap :
1. Enaktif ( 0 – 3 tahun ) yaitu pemahaman anak dicapai melalui eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik – motorik melalui pengalaman sensori.
2. Ikonik ( 3 – 8 tahun )yaitu anak menyadari sesuatu ada secara mandiri melalui imej atau gambar yang konkrit bukan yang abstrak.
3. Simbolik ( > 8 tahun ) yaitu anak sudah memahami simbol-simbol dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol.
4. Lev Vygotsky
Vygotsky adalah seorang filosof Rusia. Istilah yang sering digunakan adalah dampak sosial, scaffolding, dan zone of proximal development ( ZPD ).
Inti konstruktivis Vygotsky adalah interaksi anatara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang penting untuk memecahkan masalah secara mandiri seperti berdiskusi denagn siswa, praktek langsung, dan memberikan penguatan.
Zone of proximal development ( ZPD ) adalah wilayah dimana anak mapu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten.
APLIKASI TEORI KOGNITIF TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA
Menurut teori belajar kognitif, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
Cirri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai berikut.
(1) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
(2) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
(3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep siswa melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
(4) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru dan siswa-siswa.
(5) Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
(6) Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadi menarik dan siswa mau belajar.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah :
a. Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru berfungsi sebagai fasilitator, dan teman yang membuat situasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik
No comments:
Post a Comment